Minggu, 15 Juni 2008

Ekonomi AS


Krisis subprime mortgage yang bermula pada akhir Juli 2007 ternyata eksesnya masih berlanjut hingga kini. Beberapa bank investasi skala global (global investment banks) mengalami kerugian besar, bahkan dipaksa memangkas ribuan karyawannya. Hingga kini, pasar keuangan global terus bergejolak kendati telah dilakukan langkah-langkah represif oleh bank-bank sentral dunia. Pertama, dimotori Bank Sentral AS (The Federal Reserve Bank/The Fed), dilakukan penurunan suku bunga. Bahkan khusus untuk The Fed,telah ditu-runkan 75 basis poin menjadi 3,5%. Kedua, bank-bank sentral menggelontori pasar keuangan dengan likuiditas yang besar, mencapai USD500 miliar, untuk menormalkan kepercayaan pelaku pasar. Ketiga,Pemerintah dan Kongres AS menyepakati dikeluarkannya paket stimulus ekonomi senilai USD145 miliar atau setara dengan 1% dari produk domestik bruto (PDB).

Langkah-langkah dramatis itu dilakukan untuk segera memulihkan kepercayaan pelaku pasar. Paling tidak,untuk mengerem kepanikan di pasar saham. Dengan dipangkasnya suku bunga, persoalan utama perekonomian AS bukan lagi pada suku bunga tinggi, melainkan anjloknya kepercayaan pasar. Maklum, ketika suku bunga masih di atas 4%,sebagai refleksi kebijakan uang ketat,terjadi kredit macet. Ketika hal ini menimpa kredit perumahan kelas dua (subprime mortgage), terjadilah respons kepanikan di pasar surat berharga dengan underlying kredit tersebut. Padahal, sejatinya subprime mortgage ini hanya 15% dari seluruh kredit perumahan (mortgage loans) di AS, yang diperkirakan mencapai USD10 triliun. Masalah ini menjadi kepanikan besar karena subprime mortgage dan derivasinya memang sedang menjadi instrumen yang tumbuh pesat.

Diluarsoal krisis subprime mortgage, sebenarnya perekonomian AS sedang berada dalam tren positif. Melemahnya dolar AS telah membantu kinerja ekspor sehingga defisit perdagangannya ”hanya”USD352,7 miliar pada semester I 2007.Memang masih ada masalah dengan belanja pemerintah yang membengkak, tetapi situasi fiskal ini dinilai masih di jalur yang benar (on the track).

Pilihan menurunkan suku bunga mencerminkan kebijakan Pemerintah AS yang cenderung memilih ”mengorbankan” inflasi ketimbang membiarkan eskalasi kepanikan subprime mortgageberlanjut dan berkembang liar, yang bisa menjerumuskan seluruh dunia ke jurang resesi ekonomi yang dalam (deep recession).

Inflasi di AS tahun ini diperkirakan akan mencapai 3,5% dengan pertumbuhan ekonomi berkisar 0,5–1,0%. Kendati demikian,komplikasi masalah subprime mortgage tidak berarti sudah selesai secara tuntas. Buktinya, hingga kini imbasnya masih terasa karena sebagian orang percaya, perekonomian dunia masih dibayangi kemungkinan krisis ekonomi yang terutama disebabkan krisis energi.

Tidak ada komentar: