Minggu, 15 Juni 2008

Pelambatan Ekonomi DUnia

Minggu 27 Januari 2008, para pemimpin politik serta pebisnis global (borjuis internasional) meninggalkan pertemuan tahunan mereka di tempat tetirah ski Swiss, Davos, dengan wajah yang agak sedikit muram mereka meninggalkan ruang pertemuan untuk kembali ke kerajaan bisnisnya. Dibandingkan suasana gempita tahun lalu, Davos 2008 yang muram didominasi pembicaraan akan resesi Amerika Serikat (AS) dan pelambatan ekonomi secara meluas. Condoleezza Rice Menteri Luar Negeri (Menlu) AS membuka pertemuan para pemimpin politik dan pebisnis terkemuka itu, dengan semangat serta gaya berbicara yang berapi-api dia tetap memberi harapan mengenai “ketahanan” ekonomi AS. Namun, pasar saham internasional tetap bergejolak dalam kekhawatiran krisis kredit perumahan menengah (subprime mortgage), hanya sedikit yang memastikan optimisme Rice, meski terdapat perbedaan pendapat di antara para eksekutif itu mengenai skala dan durasi kontraksi ekonomi AS.

Satu hari sebelumnya, Sabtu (26/1), Direktur Jenderal IMF Dominique Strauss-Kahn menyatakan spekulasi mengenai sifat pasti suatu resesi tidak mengenai titiknya dan pemerintah patut menggunakan kebijakan anggaran dan moneter untuk memerangi krisis. “Yang jelas adalah akan ada pelambatan serius dan membutuhkan tanggapan serius. Kita tidak dapat bergantung pada kebijakan moneter semata,” kata Strauss-Kahn.
Di tengah pertemuan Davos, bank sentral AS, Federal Reserve, mengumumkan pengurangan tingkat suku bunga spektakuler 75 basis poin. “Sembrono” dan “berbahaya” merupakan perkiraan Stephen Roach, kepala bank investasi AS, Morgan Stanley di Asia.Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, yang akan mengetuai pertemuan tahunan Kelompok Delapan (G8) Juli, memberikan sambutan yang memperingatkan pandangan yang “terlalu pesimis-tis” menghadapi permasalahan mendatang. “Namun, pada waktu yang sama kita perlu memiliki sense of urgency sebagaimana kita melakukan tindakan koordinasi,” ujar Fukuda.

Pada bidang geopolitik, perdebatan fokus pada upaya perdamaian di Timur Tengah, pendirian Iran mengenai program nuklir serta kebangkitan China dan India. Sebagaimana kita ketahui Iran mencoba melepas kekangan dunia internasional, ekonomiCina dan india menunjukan pertumbuhan yang signifikan, sepertinya hal ini membutikan bahwa penduduk yang padat tidak menjadi faktor penghambat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.

Menilik data World Economic Outlook oleh IMF pada Oktober 2007, ekonomi dunia terlihat mengalami pelambatan yang cukup cepat. Pada 2006 pertumbuhan GDP dunia 5,4%, kemudian turun menjadi 5,2% pada 2007 dan diperkirakan makin turun ke level 4,8% pada 2008. Semua kawasan dunia terpangkas prospek ekonominya, termasuk Cina. Prospek ekonomi Cina terpangkas 1%.

Di AS, ancaman resesi jauh lebih besar daripada ancaman inflasi. Oleh karena itulah suku bunga di AS diperkirakan akan turun. Kemudian, dengan benchmark pertumbuhan ekonomi dunia 2008 sebesar 4,8%, probabilitas pertumbuhan ekonomi dunia lebih rendah dari 4,8% adalah lebih besar daripada probabilitas lebih tinggi dari 4,8%. Jadi, risiko lebih rendah dari base scenario adalah lebih besar.

Faktor yang menyebabkan lebih besarnya risiko pertumbuhan ekonomi dunia lebih rendah dari 4,8% terutama adalah masalah kondisi finansial di dunia, khususnya di AS. Seperti diketahui, sejumlah perusahaan keuangan besar di AS baru-baru ini mengalami kerugian besar mencapai puluhan miliar dolar AS. Itu luar biasa efeknya dan perlu waktu untuk pulih serta jauh lebih berat penyesuaiannya ketimbang kenaikan harga minyak. Risiko kenaikan harga minyak hanya di urutan kelima dalam urutan risiko ekonomi dunia sekarang ini. Di atasnya masih ada risiko domestic demand di AS, Eropa, dan Jepang yang akan mengalami penurunan.

Harga minyak dunia pada 2008 diperkirakan akan lebih tinggi. Faktor utamanya adalah OPEC. Pasalnya, sekalipun pangsa OPEC tidak mencapai 50% dari total pasokan minyak dunia, tetapi spare capacity ada di OPEC. Spare capacity minyak dunia hanya sekitar 2 juta barel per hari dan itu hampir semuanya dimiliki oleh OPEC. Dan sayangnya, reserve migas dunia yang cuma naik 2% per tahun harus digali dari perut bumi dengan biaya yang sangat mahal. Kenaikan rata-rata biayanya setiap tahun 45% karena segala sesuatunya terbatas, seperti rig dan lain-lain. Berat untuk meningkatkan produksi atau akan terjadi supply constraint. Kalau ini terjadi, maka pasar minyak tentu saja akan tetap ketat, sehingga harga minyak dunia 2008 akan lebih tinggi ketimbang harga rata-rata 2007.

Dari catatan peristiwa pada kuartal pertama tahun 2008 ini ekonomi dunia kembali menunjukan resesi yang sebenarnya cukup hebat, walaupun tampaknya kali ini semua spekulan atau para petinggi ekonomi dunia tampaknya sepakat untuk bersatu mencoba menahan kelesuan kapitalisme ditengah kosumsi yang begitu tinggi. Dalam hal ini masyarakat yang kosumtif telah membuat ekonomi dunia mengalami pelambatan yang hebat.

Buble economic hampir dipastikan akan meletus kembali jika kelusuan sekarang tidak bisa diatasi. Harga minyak dunia yang terus melesat bak meteor menjadi kendala utam adi negara-negara berkembang yang mengikuti mekanisme pasar.

Tidak ada komentar: